Sebuah Perjalanan yang Memotivasi
Halo perkenalkan nama ku Sherli Herdiani merupakan mahasiswi pendidikan masyarakat angkatan 2020. Disini aku akan menceritakan suka dan duka perjalananku mendapat title “mahasiswa”.
Sebenarnya saat aku SMK aku lulus pada tahun 2019 dengan jurusan administrasi perkantoran. Setelah lulus aku sama sekali tidak memikirkan untuk mengikuti seleksi ujian ke Perguruan Tinggi baik itu SNM, SBM maupun UM. Lalu aku kemana? Aku mencoba melamar pekerjaan di bagian administrasi di salah satu Rumah Sakit Swasta yang ada di kota Tasikmalaya. Sebenarnya aku sudah diterima di bekerja disana tentu saja dengan mengikuti seleksi terlebih dahulu, melihat lowongan pekerjaan, lalu lolos dan mengikuti interview, psikotest lalu medical check up dan dinyatakan aku salah satu orang yang diterima di Rumah Sakit itu dari 50 orang pelamar. Setelah dinyatakan diterima bekerja, keesokan harinya aku harus datang ke tempat kerja ku pada pukul 09.00 dan ya aku datang dengan tepat waktu. Disana oleh karyawan lama aku dikenalkan ke seluruh staff hingga pimpinan. Dihari itu aku dan 2 rekan lain yang diterima menjadi karyawan tidak langsung bekerja namun hanya perkenalkan lingkungan tempat kerja saja.
Sepulang dari tempat kerja ku itu, karena kedua orang tua tidak menyetujui dengan keputusan aku yang bekerja disana maka aku pun memutuskan untuk tidak melanjutkan untuk bekerja disana karena jam kerja shift yang kemungkinan mengharuskan aku tengah malam masih bekerja karena ditempatkan di front office.
Setelah memutuskan untuk tidak melanjutkan bekerja di Rumah Sakit itu, aku memutuskan untuk mengisi kegiatan dengan memulai bisnis online di bidang skincare dan hasilnya Alhamdulillah dapat memenuhi kebutuhan dan keinginanku. Ditengah kesibukanku mengurus bisnis online tersebut aku juga mengikuti sebuah komunitas kemanusiaan di Kota Tasikmalaya dan dipercaya sebagai sekretaris umum. Di komunitas tersebut kami menjalankan aksi kemanusiaan dengan membantu orang-orang yang sedang mengalami kesulitan. Salah satu contohnya adalah menggelar konser amal besar-besaran di gedung kesenian kota Tasikmalaya untuk bayi yang terlahir tanpa hidung sehingga membutuhkan operasi.
Waktu terus berjalan, aku pun berpikir untuk mengikuti seleksi perguruan tinggi. Mencoba untuk berbicara dan berdiskusi dengan orang tua perihal ini. Namun sayangnya orang tua tidak mendukung keputusanku untuk kuliah karena pemikiran mereka yang masih menganut patriarki bahkan keluarga besar pun jika seorang wanita tidak diperkenankan kuliah. Namun, semangatku untuk menempuh pendidikan tidak surut maka diam-diam aku mendaftar seleksi SBMPTN. Waktu terusbergulir hingga tiba saatnya pelaksanaan ujian SBMPTN dimulai. Saat itu aku menempati ruangan ujian di Gedung D Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi dan ternyata tanpa disadari akupun sekarang diterima di fakultas yang aku tempati pada saat ujian SBMPTN dahulu tepatnya di Prodi Pendidikan Mayarakat.
Saat pengumuman penerimaan mahasiswa baru aku sangat antusias sekali dan masih ingat dpengumuman waktu itu pukul 15.00 dan pada saat itu juga aku dinyatakan diterima. Barulah setelah dinyatakan diterima aku membicarakannya kembali ke keluarga dan mereka menerimanya. Setelah dinyatakan lulus dan diterima di Universitas Siliwangi akhirnya tibalah masa orientasi mahasiswa baru dari mulai Ombus sampai dengan Mabim kurang lebih 4 bulan. Sangat lelah sekali dan tidak mendapat suasana masa orientasi pada umumnya dikarenakan online di masa pandemic. Namun tetap harus disyukuri.
Saat ini selain kesibukanku kuliah, aku juga mengikuti organisasi kampus dan juga menjadi tutor privat di salah satu lembaga privat kota Tasikmalaya. Dan juga aku mengikuti volunteer dan ambassador secara WFH untuk meningkatkan skill, pengalaman dan juga relasi. Sebenarnya sedikit kewalahan namun aku seneng menegerjakannya karena ini merupakan sebuah proses untuk mengembangkan diri.
Aku juga masih berusaha membuktikan kepada keluarga besar ku bahwa wanita juga berhak mendapatkan pendidikan yang setara dengan laki-laki. Hal tersebut tertuang juga dalam Undang-undang serta agama. Pemikiran masyarakat mengenai wanita hanya perlu di dapur atau “untuk apa sekolah tinggi-tinggi jika akhirnya di dapur juga” harus bisa di buang karena sangat mendiskriminasi perempuan. Perempuan bisa bersekolah, berkarir dan menjadi ibu rumah tangga.
Perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya dan akan menjadi penentu peradaban di masa yang akan datang. Tidak hanya cantik namun perempuan juga harus memiliki wawasan, ilmu dan attitude yang baik.
0 komentar